Pada awalnya, banyak orang merasa canggung saat menggunakan smartphone, tetapi seiring waktu mereka menjadi terbiasa. Hal serupa diprediksi akan terjadi dengan adaptasi kecerdasan buatan (AI).
Hasil survei dari Symmetry menunjukkan bahwa 27% responden sudah mulai beradaptasi dengan penggunaan AI. Sebanyak 55% responden menggunakan smartphone, diikuti oleh pengguna PC (38%), wearable (25%), tablet (24%), dan 15% lainnya menyatakan tidak menggunakan sama sekali.
“Selama enam bulan ada perubahan signifikan dari penggunaan AI di perangkat smartphone dan beberapa perangkat. Setengahnya dari smartphone,” Dr Chris Brauer University of London and Chief Innovation Officer Symmetry di Tech Forum Samsung Galaxy AI, Kamis (23/1/2025), San Jose, Amerika Serikat, menyampaikan.
Jika kita kembali mengingat tahun 2008-2009, masa tersebut dipenuhi dengan difusi teknologi baru, termasuk penggunaan smartphone. Hal yang serupa diyakini akan terjadi pada adaptasi kecerdasan buatan (AI).
“Kita telah belajar banyak dari revolusi teknologi yang luar biasa itu, dari apa yang terjadi sepanjang tahun 2008 hingga 2010 yang membantu semua orang untuk lebih memahami bagaimana ponsel dapat memberikan nilai tambah bagi kehidupan manusia, dan itulah keadaan operasionalnya,” ujarnya.
Sameer Samat, Presiden Android Ecosystem di Google, mengungkapkan bahwa sebagian besar konsumen belum sepenuhnya memahami AI dan cenderung merasa rumit lebih dulu. Padahal, banyak teknologi yang awalnya terasa asing kini justru menjadi bagian dari keseharian kita.
“Ini adalah sesuatu yang merupakan transisi yang terjadi ketika kasus penggunaan tersebut menjadi jelas bagi pasar massal, bukan? Dan satu contoh sederhana dari era semartphone di masa lalu, bukan?” ujarnya.
Contoh lainnya adalah Corning Glass, yang awalnya melalui proses mekanis dan kimia yang rumit untuk dikembangkan. Namun, pada akhirnya teknologi ini menjadi bagian penting untuk melindungi smartphone yang kita gunakan sekarang.
Selain itu, dia menceritakan betapa mudahnya menggunakan AI di Samsung untuk menambahkan jadwal pertandingan olahraga favoritnya selama satu musim hanya dengan memberikan perintah suara. Cara ini memungkinkan dia menghemat banyak waktu dibandingkan harus memasukkan jadwalnya satu per satu.
“Itu tidak lebih mengesankan bagi putra saya, anak saya yang berusia 14 tahun yang sedang belajar cuci baju. Dia masih belajar cara mencuci dengan benar, jadi dia menggunakan AI untuk mengambil gambar cucian kotornya dan memberikan gambar panel pada mesin cuci. Kemudian dia bertanya, “apa saja pengaturannya? Saya harus menggunakan air dingin atau panas?”, dan itu membantunya. Ini hal yang tampak sederhana,” terangnya.