Saat Nintendo pertama kali membocorkan kehadiran Switch 2, mereka seolah menggoda penggemar tanpa sepenuhnya mengungkap “jeroan” dari konsol genggam terbarunya. Dalam pengumuman awal itu, informasi yang dibagikan hanya menyentuh permukaan: angka-angka resolusi hingga 4K dalam 60fps, frame rate maksimum mencapai 120fps, serta dukungan teknologi refresh rate variabel (VRR).
Namun kini, tabir misteri tentang mesin penggerak di balik layar Switch 2 mulai tersibak. Nvidia, sang arsitek teknologi grafis, akhirnya mengumumkan peran sentral mereka lewat sebuah unggahan di laman blog resmi. Dalam pernyataan tersebut, mereka mengungkap bahwa chip kustom yang ditanamkan pada Switch 2 memiliki kecanggihan ray tracing, ditopang oleh GPU dengan RT Cores dan Tensor Cores — komponen yang dirancang untuk menghasilkan efek visual yang memukau, seolah membawa pemain ke dalam dunia virtual yang hidup dan bernapas.
Nvidia menuturkan bahwa Switch 2 mampu menyuguhkan resolusi ultra tajam 4K ketika terkoneksi ke televisi, serta resolusi 1080p dengan performa hingga 120 frame per detik saat digunakan dalam mode genggam. Tak hanya itu, konsol ini juga menyematkan dukungan HDR dan peningkatan visual berbasis kecerdasan buatan (AI upscaling), untuk memastikan gambar tetap jernih di layar resolusi tinggi.
Switch 2 pun tercatat sebagai perangkat handheld pertama yang membawa teknologi Deep Learning Super Sampling (DLSS) ke pangkuan gamer mobile. Berkat hadirnya Tensor Cores, Nvidia menyampaikan bahwa konsol ini mampu menghasilkan kemampuan visual sepuluh kali lipat lebih hebat dibandingkan generasi awal Switch yang hanya mengandalkan chip grafis Tegra X1.
Jika melihat spesifikasi di atas kertas, potensi yang dimiliki Switch 2 tampak menggoda. Namun, sebagaimana pepatah “mobil balap tak akan menang tanpa pengemudi yang terampil”, kemampuan teknis ini tetap bergantung pada seberapa baik pengembang game mampu memanfaatkannya. Sebagai perbandingan, PlayStation 5 pun sudah mengusung ray tracing dan DLSS sejak awal kemunculannya, tapi butuh waktu bagi para studio game untuk benar-benar menyematkan fitur-fitur tersebut ke dalam gim mereka.
Sebagai contoh, Rockstar baru menerapkan ray tracing pada GTA V di tahun 2022, atau sekitar dua tahun setelah PS5 diluncurkan. Demikian dikutip dari Techspot, Minggu (6/4/2025).
Melihat pendekatan Nintendo yang tetap menempatkan Switch 2 sebagai konsol portable, bukan tidak mungkin teknologi DLSS dan ray tracing ini belum akan menjadi fokus utama sebagian besar pengembang game. Terlebih, Nvidia juga belum menyebut secara spesifik judul game mana yang sudah atau tengah dikembangkan dengan mengandalkan dua teknologi canggih tersebut.
Di luar urusan teknis, tantangan lain yang mengadang Switch 2 adalah soal harga. Game untuk Switch generasi pertama saja sudah dianggap cukup menguras kantong. Kini, game untuk Switch 2 diperkirakan akan dibanderol lebih tinggi, berkisar antara USD 70 hingga USD 80 untuk judul-judul eksklusif yang dikembangkan langsung oleh Nintendo sendiri.