Kemajuan pesat dalam teknologi kecerdasan buatan telah mengagumkan dunia, namun perkembangan terkini mengindikasikan bahwa industri ini mungkin telah mencapai titik jenuh dan puncaknya.
Sebagai indikasi, model AI terbaru yang diperkenalkan oleh OpenAI, yaitu Orion, dilaporkan hanya menunjukkan peningkatan moderat dibandingkan dengan GPT-4. Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah kecerdasan buatan telah mencapai potensi puncaknya.
Selama bertahun-tahun, perkembangan AI ditandai dengan lonjakan signifikan dalam kinerja setiap kali ada rilis baru. Model-model seperti GPT-3 dan GPT-4 telah menetapkan tolok ukur baru dalam pemahaman bahasa alami dan kemampuan generatif AI yang luar biasa.
Namun, menurut sumber dalam OpenAI yang menguji Orion, peningkatan kali ini dianggap kurang signifikan, terutama dalam hal tugas-tugas pengkodean (coding).
Lompatan dari GPT-3 ke GPT-4 terasa sangat inovatif, namun kemajuan Orion terlihat lebih inkremental jika dibandingkan, seperti yang dikutip dari The Information.
Ada beberapa faktor yang memengaruhi laju peningkatan Orion yang lamban. Salah satunya adalah data, yang merupakan elemen krusial dalam persamaan hukum penskalaan, yaitu hukum yang menjelaskan bagaimana model AI berkembang seiring dengan bertambahnya data dan daya komputasi.
Saat ini, data untuk melatih AI semakin sulit diperoleh, karena perusahaan-perusahaan dengan cepat menghabiskan data yang tersedia secara online.
Perusahaan-perusahaan tersebut telah mengumpulkan sejumlah besar data yang dihasilkan oleh manusia, seperti teks, video, makalah penelitian, dan novel, untuk melatih model yang mendasari alat dan fitur AI mereka. Namun, persediaan data ini kini semakin terbatas.
Perusahaan riset Epoch AI memperkirakan bahwa pada Juni 2024, perusahaan akan menghabiskan seluruh data tekstual yang dapat digunakan pada 2028. Untuk mengatasi kendala ini, banyak perusahaan mulai beralih ke data sintetis yang dihasilkan oleh AI itu sendiri. Namun, pendekatan ini juga menghadirkan tantangan tersendiri.
Di sisi lain, membangun dan melatih model AI yang canggih memerlukan biaya yang sangat besar. Sebagai contoh, OpenAI bergantung pada sumber daya komputasi yang luar biasa besar serta teknik-teknik mutakhir untuk mengembangkan model-modelnya.
Namun, biaya untuk mendorong batas kinerja ini mungkin akan melebihi manfaat yang sebenarnya, yang membuat beberapa pihak mempertanyakan apakah pengembangan AI saat ini dapat terus berkelanjutan.
Jika AI benar-benar mendekati puncak kinerjanya, hal ini tentu akan membentuk ulang industri dan mungkin mengubah arah perkembangan teknologi di masa depan.
Para startup dan perusahaan teknologi besar mungkin akan beralih dari fokus untuk membangun model yang lebih besar dan kompleks, menuju pengoptimalan model yang sudah ada, menciptakan alat yang lebih spesifik, atau bahkan mengeksplorasi arsitektur baru.
Perubahan ini juga bisa mendorong evaluasi ulang tentang penerapan AI dalam skenario dunia nyata, dengan lebih menekankan pada kegunaan praktis daripada sekadar kehebatan teoritis.
Meskipun demikian, bidang kecerdasan buatan sangatlah luas, dan keterbatasan di satu area sering kali justru membuka peluang untuk terobosan di bidang lainnya.
Saat ini, model Orion masih dalam tahap pengembangan dan pelatihannya belum selesai. OpenAI terus mengambil langkah-langkah tambahan untuk meningkatkan kinerja, seperti melakukan perbaikan pasca-pelatihan berdasarkan umpan balik yang diberikan oleh manusia.